Selama ini “pengangguran” kerap merujuk pada tenaga kerja yang tidak memiliki kemampuan dan skill mumpuni untuk bekerja. Padahal ada banyak faktor penyebab terjadinya pengangguran, salah satunya adalah kesulitan sementara yang menghasilkan pengangguran friksional.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, pengangguran friksional juga bisa menyebabkan dampak negatif. Berikut ulasan selengkapnya mengenai penyebab, dampak hingga solusi untuk mengatasi pengangguran friksional.
Key Takeaways
- Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan kesulitan-kesulitan yang sifatnya sementara (temporal).
- Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan baik oleh penyedia pekerjaan maupun pencari kerja untuk mengatasi pengangguran friksional.
Pengertian Pengangguran Friksional
Dilansir dari buku Ekonomi Jilid 2 oleh Alam S, pengertian pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat kesulitan sementara dalam mempertemukan pemberi kerja dan pelamar kerja. Lebih lanjut menurut Quipper, kesulitan sementara yang dimaksud terkait masalah waktu, seperti waktu yang diperlukan dalam proses lamaran kerja, waktu untuk melakukan seleksi lamaran kerja, dan sebagainya.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengangguran friksional adalah pengangguran yang muncul karena membutuhkan waktu menunggu pelamar mendapatkan pekerjaan. Pengangguran ini terjadi karena lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan pertamanya atau karyawan yang baru mengajukan pengunduran diri lalu mencari pekerjaan baru. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tenaga kerja yang mengalami pengangguran friksional telah memiliki pengalaman kerja sebelumnya.
Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan kesulitan-kesulitan yang sifatnya sementara (temporal). Menurut Kompas, pengangguran jenis ini umumnya terjadi di negara yang tingkat perekonomiannya mencapai penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu ketika jumlah pengangguran tidak lebih dari 4% dari total angkatan kerja.
Perbedaan Pengangguran Friksional dan Pengangguran Struktural
1. Dilihat dari Pengaruhnya Terhadap Ekonomi
Transisi pekerjaan yang bersifat sukarela dan tidak berpengaruh pada siklus ekonomi. Sedangkan pengangguran struktural terjadi akibat pergeseran ekonomi.
2. Dilihat dari Jangka Waktu
Hanya terjadi sementara. Semantara pengangguran struktural bisa terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
3. Dilihat dari Dampaknya Terhadap Angka Pengangguran
Berbeda dengan pengangguran struktural yang berperan dalam meningkatkan jumlah pengangguran suatu negara. Pengangguran friksional tidak berpengaruh pada peningkatan jumlah pengangguran terbuka.
Baca juga: Pekerja Paruh Waktu adalah: Pengertian, Kelebihan & Kekurangan
Contoh Pengangguran Friksional
- Seorang lulusan arsitektur dari sebuah perguruan tinggi mencari perusahaan yang menawarkan banyak fasilitas seperti asuransi, tunjangan hari raya, jatah cuti, dan gaji yang tinggi. Dengan pengalaman yang minim, menyebabkan jarang ada perusahaan yang mau menerima pekerja seperti ini.
- Seorang lulusan desain interior yang lulus dari universitas ternama di kota akan susah mencari pekerjaan saat kembali ke kampung halamannya karena profesi sebagai desainer interior belum terlalu dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
- Seorang supervisor mengajukan resign dari tempatnya bekerja untuk mencari pekerjaan sebagai manajer perusahaan lain.
- Seorang akuntan memutuskan untuk berhenti bekerja karena ingin beristirahat sementara waktu. Dengan kondisi sudah menyiapkan tabungan yang cukup selama masa istirahat. Setelah itu, barulah ia akan mencari pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi dari tempat bekerja sebelumnya.
- Saat permintaan laptop meningkat, orang-orang yang bekerja dengan berjualan komputer akan sepi peminat sehingga tak jarang ada yang kehilangan pekerjaannya.
Penyebab Pengangguran Friksional
1. Ketidakpuasan Terhadap Pekerjaan
Penyebab pengangguran friksional adalah ketidakpuasan pencari kerja terhadap pekerjaan. Disebabkan adanya keinginan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari tempatnya bekerja kelak. Sehingga mereka akan berusaha untuk mencari-cari perusahaan yang menawarkan fasilitas-fasilitas yang diinginkan. Proses pencarian perusahaan dan pengambilan keputusan ini akan memakan waktu lama, membuat para pencari kerja menjadi pengangguran friksional.
2. Jumlah Tenaga Kerja dan Lapangan Kerja yang Tidak Seimbang
Penyebab pengangguran friksional selanjutnya adalah perbandingan pencari kerja yang jumlahnya lebih banyak daripada perusahaan penyedia lowongan kerja. Selain itu, jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia tidak lantas membuat pencari kerja dapat segera mendapatkan pekerjaan. Hal ini dikarenakan pencari kerja tersebut belum memenuhi kualifikasi yang ditetapkan perusahaan.
3. Inisiatif Pencari Kerja
Adanya pencari kerja frictional disebabkan karena adanya pencari kerja yang tidak memiliki inisiatif mencari info lowongan kerja. Pasalnya mereka sudah menyiapkan tabungan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja. Sehingga, pencari kerja merasa tidak ada urgensi untuk cepat-cepat mencari kerja. Mereka cenderung lebih santai untuk menyeleksi perusahaan yang bisa memberinya fasilitas dan gaji yang diinginkan.
4. Waktu Rekrutmen yang Lama
Proses rekrutmen yang panting, terdiri dari tahap lamaran, wawancara, hingga negosiasi akan memakan waktu yang cukup lama. Bahkan ketika sudah mencapai tahap negosiasi ada kemungkinan pencari kerja tetapi tidak lolos. Hal ini bisa menyebabkan kembali menjadi pengangguran yang harus mencari lowongan lain.
5. Perubahan Konsumsi Masyarakat
Friksional juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal, akibat adanya perubahan konsumsi masyarakat. Hal Ini disebabkan adanya pergeseran permintaan barang oleh masyarakat, sehingga permintaan tenaga kerja yang yang memproduksi barang bersangkutan juga ikut berubah.
6. Alasan Pribadi
Adanya pengangguran friksional dilatarbelakangi oleh alasan pribadi. Sehingga ketika kembali mencari pekerjaan, mereka tergolong sebagai pengangguran friksional. Alasan pribadi tersebut di antaranya, sakit, hamil, harus pindah tempat tinggal ke kota lain, hingga bersekolah lagi.
Dampak Adanya Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional memberikan dampak positif dan negatif. Berikut penjelasannya.
Dampak Positif
1. bagi Ekonomi
Menurut para ahli ekonomi, adanya pengangguran friksional menandakan adanya jumlah tenaga kerja profesional yang besar. Hal ini merupakan hal yang baik.
2. bagi HR
Ada kalanya HR kesulitan dalam merekrut kandidat karena tidak banyak kandidat profesional yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan perusahaan. Namun adanya pengangguran friksional yang menganggur sementara bisa menambah pilihan kandidat bagi HR.
Dampak Negatif
1. bagi tenaga kerja
Pengangguran friksional bisa menurunkan produktivitas tenaga kerja. Pasalnya, apabila tenaga kerja yang sedang menganggur sementara melakukannya dalam waktu yang lama. Berpotensi menyebabkan tenaga kerja merasa stres, frustasi bahkan depresi. Pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas.
2. bagi ekonomi
Di samping memberi efek positif bagi ekonomi, pengangguran friksional juga bisa membawa dampak negatif apabila terjadi terlalu lama. Produktivitas yang menurun dapat menyebabkan penurunan produksi dalam ekonomi. Kerugian ekonomi pun tidak dapat dihindarkan.
Baca juga: Pygmalion Effect: Sugesti Positif Untuk Tingkatkan Performa Kerja
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Merangkum dari berbagai sumber, ada beberapa cara yang bisa membantu untuk mengurangi permasalahan ini, di antaranya:
1. Meningkatkan Informasi Tentang Lowongan Kerja
Salah satu penyebab tenaga kerja belum mendapatkan kerja adalah kesulitan mendapat info lowongan kerja. Oleh karena itu, solusi pertama yang bisa dilakukan penyedia lowongan kerja untuk mengurangi pengangguran friksional adalah mendistribusikan informasi lowongan kerjanya lebih luas lagi. Caranya dengan membuat pengumuman di sosial media, LinkedIn atau online platform penyedia info lowongan kerja.
2. Meningkatkan Fleksibilitas Pekerjaan
Solusi kedua yang bisa dilakukan penyedia pekerjaan adalah memberikan fleksibilitas terhadap posisi yang dibuka untuk menarik perhatian lebih banyak tenaga kerja. Misalnya menetapkan syarat dan kualifikasi lowongan kerja yang tidak terlalu sulit, mempermudah prosedur melamar kerja, atau menyesuaikan diri dengan minat dan preferensi tenaga kerja dalam merekrut.
3. Meningkatkan Skill
Karyawan yang berhenti bekerja untuk mencari pekerjaan baru dengan gaji atau lingkungan yang lebih baik, bisa mengikuti pelatihan dan keterampilan. Beberapa pelatihan bisa diikuti secara online. Skill yang mumpuni bisa menjadi nilai tambah saat melamar kerja.
Baca juga: Berikut 5 Contoh Program Pelatihan Tenaga Kerja
4. Pembangunan Industri Padat Karya
Membangun industri padat karya baru juga turut membantu dalam mengurangi angka pengangguran friksional. Industri padat karya sendiri adalah sebuah mekanisme produksi dalam industri yang lebih menekankan pada penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar untuk menghasilkan barang atau jasanya.
5. Update Perkembangan Teknologi
Dalam masa pencarian kerja, hendaknya tenaga kerja aktif mencari tahu informasi seputar perkembangan teknologi. Tujuannya supaya tidak ketinggalan perkembangan teknologi untuk menunjang pekerjaan yang tersedia di masa kini.
6. Menghindari Prasangka terhadap Pekerja dan Pekerjaan
Tak jarang pencari kerja memiliki prasangka tertentu tentang suatu pekerjaan. Misalnya posisi sales sering kali dianggap dengan pekerjaan yang sulit dengan gaji yang sedikit. Selain itu, seorang sales tidak akan digaji jika tidak berhasil menjual.
Demikian juga sebaliknya, prasangka juga muncul dari pihak perusahaan selaku penyedia pekerjaan. Penyedia kerja terkadang menghindari merekrut tenaga kerja yang berasal dari daerah-daerah tertentu karena adanya prasangka negatif terhadap mereka. Prasangka tersebut tentu saja harus dihindari. Tanpa prasangka tertentu, perusahaan akan menarik lebih banyak kandidat.
Demikian ulasan mengenai pengangguran friksional. Seperti yang telah dijelaskan di atas, adanya pengangguran friksional yang menganggur sementara bisa menambah pilihan kandidat bagi HRD.
Supaya HRD bisa fokus menyeleksi kandidat potensial, serahkan urusan absensi karyawan pada aplikasi Appsensi. Appsensi adalah aplikasi absensi online terbaik berbasis mobile yang mendukung kebutuhan perusahaan, instansi pemerintahan dan UMKM.
Memberikan solusi untuk pencatatan kehadiran, penjadwalan karyawan dan penarikan laporan secara real-time. Dengan begitu HR pun juga dapat lebih produktif karena tidak hanya disibukkan dengan absensi saja.
Tertarik untuk mencoba menggunakan Appsensi? Atau Anda mempunyai pertanyaan seputar layanan Appsensi jangan ragu untuk hubungi kami atau klik link ini untuk coba gratis selama 30 hari.