Organizational culture adalah suatu sistem yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan. Sistem tersebut berupa nilai, kepercayaan, dan kebiasaan yang dapat menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. Organizational culture dapat memberikan dampak pada karyawan dan manajemen perusahaan. Setiap perusahaan memiliki organizational culture yang berbeda-beda.
Jenis – jenis organizational culture
Setiap organisasi dan perusahaan memiliki organizational culture yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara perusahaan mengatur individu-individu dalam perusahaannya. Berikut ini jenis-jenis organizational culture:
1. Clan culture
Dalam kebudayaan klan, setiap karyawan dalam perusahaan memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Para pemimpin perusahaan dianggap sebagai mentor atau role model yang bertindak sebagai kepala keluarga. Jenis organizational culture merupakan organisasi tipe keluarga yang akan selalu berusaha mencapai komitmen dan mufakat melalui keterlibatan dan komunikasi dari seluruh anggotanya. Seluruh karyawan diharapkan untuk menghargai kerjasama, berpartisipasi, dan ber konsensus. Kesuksesan yang ingin dicapai dari jenis organizational culture ini adalah memenuhi kebutuhan konsumen dan kepedulian terhadap masyarakat.
2. Adhocracy culture
Kebudayaan adhokrasi berbasis pada energi dan kreativitas. Seluruh karyawan didorong untuk berani mengambil risiko, melakukan eksperimen, dan berpikir di luar kotak (think out of the box) dalam menyelesaikan segala masalah yang terjadi. Para pemimpin perusahaan dilihat sebagai inovator dan entrepreneur. Kebudayaan akhokasi mendorong perusahaan untuk terus berkembang agar dapat menciptakan produk dan layanan yang inovatif sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah. Kesuksesan dari kebudayaan ini adalah memiliki dan memelopori produk dan layanan terbaru di pasaran.
3. Market culture
Kebudayaan pasar terbentuk atas dinamika persaingan yang terjadi di pasar dagang. Organizational culture ini berfokus pada tujuan dan hasil. Pusat dari kebudayaan pasar adalah kepentingan konsumen atau pangsa pasar dan keuntungan perusahaan. Kebudayaan ini tidak terlalu mementingkan kepuasan dan pengembangan sumber daya manusianya. Tujuan utamanya yaitu meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat mengalahkan pesaingnya dan menjadi pemimpin pasar.
4. Hierarchy culture
Kebudayaan hirarki berlandaskan struktur dan kendali. Lingkungan kerja dari kebudayaan ini bersifat formal dan dikendalikan dengan ketat. Kepemimpinan perusahaan didasarkan pada koordinasi dan pemantauan yang teratur dengan budaya yang berfokus pada efisiensi dan prediktabilitas. Kebudayaan ini menganut nilai konsistensi dan keseragaman. Kesuksesan dalam organizational culture jenis ini adalah perencanaan yang efisien, kualitas produk, pelayanan, ketepatan waktu pengiriman, dan rendahnya biaya operasional.
Baca juga: Memahami Apa itu Manajemen Pegawai dalam Usaha
Manfaat organizational culture di perusahaan
Dengan memiliki organizational culture yang baik, perusahaan atau organisasi bisa mendapatkan berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Peningkatan kesejahteraan karyawan
Organizational culture yang baik akan memberikan rasa tenang dalam diri setiap karyawan di suatu perusahaan sehingga kehidupan kerja dan kehidupan pribadi karyawan mencapai keseimbangan. Melalui hadirnya rasa aman tersebut, kebahagiaan karyawan akan meningkat. Meningkatnya kebahagiaan dapat pula meningkatkan kesehatan karyawan.
2. Peningkatan motivasi kerja
Motivasi kerja dari sesama rekan, atasan, dan posisi lainnya akan mendukung kepuasan kerja karyawan. Ketika organizational culture berjalan dengan baik, karyawan di perusahaan akan bekerja dengan nyaman dan menurunkan turnover karyawan.
3. Pengambilan keputusan yang lebih bijaksana
Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan terutama dalam dunia bisnis. Namun, ketika sebuah perusahaan memiliki lingkungan kerja yang kolaboratif dan minim konflik, pengambilan keputusan akan lebih mudah untuk dilakukan karena seluruh karyawan fokus bekerja demi kesuksesan bisnis perusahaan, bukan untuk kepentingannya masing-masing.
4. Peningkatan layanan konsumen
Karyawan yang bekerja dengan nyaman karena adanya organizational culture yang baik dapat memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya. Dengan begitu, konsumen akan puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada penggunaan produk maupun pelayanan dari perusahaan secara berulang di waktu mendatang.
5. Peningkatan keuntungan (laba)
Berkaitan dengan poin sebelumnya, konsumen yang puas dengan pelayanan konsumen akan meningkatkan tingkat kepercayaan produk di masyarakat, sehingga penjualan produk maupun jasa dari perusahaan akan mengalami peningkatan. Kemudian, laba perusahaan pun akan naik dan akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan perusahaan.
Faktor yang mempengaruhi organizational culture
Jika sebuah perusahaan memiliki organizational culture yang sehat, akan banyak beragam manfaat yang didapatkan oleh perusahaan tersebut. Namun, ketika banyak hal di perusahaan yang tidak berjalan dengan semestinya, maka ada beberapa faktor yang harus dibenahi. Organizational culture akan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Motivasi
Hal yang memotivasi karyawan dalam bekerja bisa datang dalam berbagai bentuk seperti uang, apresiasi atas kerja keras, hingga perhatian yang diberikan oleh perusahaan.
2. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang dipakai oleh perusahaan dipengaruhi oleh struktur organisasi. Hal yang mempengaruhinya adalah bagaimana sebuah perusahaan memimpin dan mengendalikan para karyawannya.
3. Komunikasi
Komunikasi yang efektif memudahkan sosialisasi visi dan misi perusahaan, mengumumkan peraturan, dan menginformasikan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak manajemen kepada karyawan.
4. Struktur organisasi
Organizational culture dapat dipengaruhi oleh bidang usaha yang digeluti oleh suatu perusahaan. Misalnya, perusahaan yang bergerak di industri kreatif akan memiliki organization culture yang berbeda dengan perusahaan yang bergerak di industri otomotif. Ukuran perusahaan juga mampu mempengaruhi hubungan personal, proses komunikasi antar karyawan, dan kebebasan.
5. Tingkat formalitas
Perusahaan dengan tingkat formalisasi yang rendah akan mendorong karyawan untuk menghadapi ketidakpastian dengan kreatif dan mandiri. Perusahaan dengan tingkat formalitas tinggi cenderung menghindari segala hal yang tidak pasti dan berpegang teguh pada setiap aturan yang dibuat.
6. Nilai yang dianut individu
Setiap individu dalam sebuat perusahaan tentu menganut nilai yang berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut mampu mempengaruhi organizational culture secara keseluruhan. Contohnya adalah pengamalan nilai kejujuran. Ketika mayoritas individu yang bekerja di suatu perusahaan tidak mengamalkan nilai kejujuran maka, organizational culture yang ada pada perusahaan tersebut dapat mengurangi nilai kejujurannya sehingga berpotensi timbulnya korupsi atau tindakan kecurangan lainnya. Nilai-nilai lain yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan yaitu, time management, efisiensi, tindakan, pekerjaan, dan pengendalian diri.
Baca juga: Standar Penilaian Kinerja Karyawan yang Efektif
Cara membangun high-performing organizational culture
Untuk menciptakan organizational culture yang hebat dibutuhkan pengembangan dan pelaksanaan rencana maupun tujuan yang jelas. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membangun budaya yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan:
1. Pengakuan
Pengakuan kontribusi seluruh anggota tim dapat memberikan pengaruh positif yang luas terhadap organizational culture. Individu akan merasakan bahwa ia menjadi bagian dari keseluruhan tim ketika semua orang memberikan pengakuan atas pencapaian orang lain. Karyawan dapat merasakan ketika mereka sedang tidak dihargai. Perusahaan yang memiliki budaya menghargai karyawan memiliki potensi meningkatnya keterlibatan karyawan, produktivitas, dan retensi. Pengakuan sosial secara konsisten mampu memberikan dampak positif bagi bisnis seperti kemungkinan meningkatkan harga saham, meningkatkan skor penilaian, dan dapat meningkatkan kinerja karyawannya.
2. Pemberian suara pada karyawan
Ciptakan budaya yang menghargai feedback dari karyawan dan mendorong suara karyawan. Budaya tersebut sangat penting untuk meningkatkan motivasi karyawan yang akan memberikan dampak pada peningkatan keuntungan perusahaan.
3. Pemimpin adalah pendukung organizational culture
Keberhasilan perusahaan dalam membangun organizational culture yang kuat berada di tangan para pemimpin perusahaan. Mulai dari pemimpin teratas, manajer, hingga team leader. Pemimpin yang memberikan contoh kepada anak buahnya akan membantu penerapan nilai-nilai yang menjadi kebudayaan suatu perusahaan. Sejatinya, anggota akan selalu mencontoh pemimpinnya. Dengan begitu perusahaan dapat berjalan dengan baik. Nilai-nilai perusahaan juga perlu didiskusikan secara terbuka dan transparan.
4. Hidup dengan nilai-nilai perusahaan
Nilai-nilai perusahaan adalah dasar dari organizational culture. Hidup dengan nilai-nilai perusahaan berarti menerapkannya ke dalam setiap aspek bisnis yang dijalankan perusahaan. Penerapan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan kebijakan sumber daya manusia, memberikan program manfaat, menjadi sukarelawan, memberikan dukungan kepada karyawan, dan sebagainya.
5. Hubungan antar anggota tim
Membangun organizational culture dibutuhkan hubungan yang kuat antar anggota tim atau divisi di perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong kolaborasi dan keterlibatan dalam aktivitas membangun tim, bahkan saat bekerja dari jarak jauh. Doronglah minat pribadi yang sama antara anggota tim, terlebih lagi ketika anggota-anggota tim berasal dari generasi yang berbeda dan kesulitan untuk berhubungan satu sama lain. Usaha tersebut akan menciptakan jalur baru untuk memberikan pemahaman dan empati yang dapat meningkatkan komunikasi, kreativitas, dan resolusi konflik.
6. Pembelajaran dan pengembangan
Organizational culture dibentuk oleh karyawan yang terus belajar dan perusahaan yang berinvestasi pada pengembangan karyawannya. Investasi kesuksesan karyawan dapat ditunjukkan dengan pelatihan, pembinaan, dan pemberian tanggungjawab baru kepada karyawan. Pembelajaran dapat memberikan dampak yang signifikan pada bisnis perusahaan.
Baca juga: Berikut Soft Skill yang Harus Dimiliki Karyawan
7. Terus mengingat budaya kerja
Perusahaan harus berusaha memperkenalkan dan memperkuat budaya kerja atau work culture sejak masa orientasi karyawannya. Ketika perspektif karyawan tidak sesuai dengan budaya perusahaan, perselisihan internal dapat timbul dan menjadi masalah.
8. Personalisasi pengalaman karyawan
Karyawan mengharapkan personalisasi pengalaman mereka akan organizational culture yang berlaku di perusahaan. Personalisasi pengalaman dapat dilakukan dengan survei. Hasil survei akan membantu perusahaan mengidentifikasi, organizational culture mana yang cocok dan tidak cocok dengan para karyawan, sehingga budaya dapat tetap memotivasi setiap individu di perusahaan.
Absen online di mana saja dengan Appsensi
Appsensi merupakan aplikasi absensi online yang dapat diakses secara mobile sehingga dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Appsensi dapat digunakan di berbagai usaha, mulai dari usaha kecil hingga perusahaan besar bahkan lembaga pemerintah. Appsensi sangat mudah digunakan oleh siapa pun cukup dengan menggunakan smartphone.
Berbagai kemudahan diberikan Appsensi seperti fitur absensi yang dilengkapi dengan GPS dan real time record, jadwal kerja karyawan, koreksi kehadiran, pengajuan cuti, pemantauan kinerja karyawan, dan masih banyak lagi fitur yang tersedia di aplikasi Appsensi. Kerjasama Appsensi dengan banyak perusahaan besar membuktikan Appsensi yang tidak perlu diragukan lagi.
Anda sedang mencari aplikasi absensi online? Appsensi siap menjadi solusi! Klik di sini untuk informasi lebih lanjut atau isi form dibawah ini untuk mendapatkan akses trial gratis software HR Appsensi:
Tulis Komentar