Jika ingin berhasil, maka selain memperhatikan hard skill, perusahaan juga harus memperhatikan bagaimana kompetensi perilaku atau behavioral competency para karyawan. Behavioral competency juga bisa menentukan cara mereka bekerja, bersosialisasi, hingga menjadi seorang pemimpin. Berikut informasi selengkapnya mengenai apa itu behavioral competency dan mengapa perusahaan perlu melakukan penilaian behavioral competency.
Key Takeaways
- Behavioral competency adalah keterampilan, kemampuan, dan perilaku tertentu yang diperlukan untuk melakukan peran atau pekerjaan dengan efektif.
- Terdapat 3 jenis behavioral competency, yaitu individual, interpersonal, motivational, managerial, dan analytical competency.
- Waktu yang tepat bagi perusahaan untuk melakukan penilaian behavioral competency adalah saat melakukan rekrutmen, melakukan penilaian kinerja, melakukan pengembangan keterampilan karyawan, menyusun tujuan dan pengukuran kinerja, pengelolaan tim, serta melakukan perencanaan suksesi.
- Behavioral competency bisa diukur dengan menggunakan metode penilaian manajerial, sejawat, dan individu.
Pengertian Behavioral Competency
Behavioral competency dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kompetensi perilaku, yaitu keterampilan, kemampuan, dan perilaku tertentu yang diperlukan untuk melakukan peran atau pekerjaan dengan efektif. Singkatnya, behavioral competency mengacu pada atribut perilaku dan ciri kepribadian yang dimiliki seseorang, seperti keterampilan dan pengetahuan.
Jenis Kompetensi Perilaku
1. Individual Competency
Individual competency adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kompetensi tersebut meliputi beberapa keterampilan, seperti keterampilan dalam pengambilan keputusan, keterampilan analitis, kepercayaan diri, serta motivasi diri dan pemikiran kritis dari seorang karyawan.
2. Interpersonal Competency
Interpersonal competency adalah kemampuan seorang karyawan untuk bekerja dalam tim. Selain baik dalam bekerja secara mandiri, seorang karyawan juga harus bisa bekerja sama dengan tim yang ada ketika melakukan pekerjaan.
Keterampilan interpersonal yang dibutuhkan oleh seorang karyawan meliputi keterampilan komunikasi, kemampuan dalam menanggapi pendapat yang berbeda, serta kemampuan dalam menanggapi suatu konflik.
3. Motivational Competency
Motivational competency adalah kemampuan dalam memotivasi orang lain untuk memimpin tim. Cara ini dilakukan dengan memberi contoh atau mengambil suatu inisiatif ketika dihadapkan dengan situasi yang tidak terduga.
Motivasi sangat diperlukan dalam melakukan sebuah pekerjaan. Motivasi kerja mampu membuat karyawan menjadi semangat, gairah, serta tulus dalam melakukan pekerjaannya.
4. Managerial Competency
Managerial Competency adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh seorang individu dalam hal kepemimpinan, perencanaan strategis, pengelolaan tim, serta kemampuan dalam melakukan analisis.
5. Analytical Competency
Analytical competency adalah kemampuan seseorang dalam menganalisis data, kemampuan dalam bekerja dengan angka, serta kemampuan dalam memecahkan suatu masalah.
Baca juga: Yuk, Cari Tahu Apa Itu Manajemen Kompetensi!
Mengapa Perusahaan Perlu Melakukan Penilaian Behavioral Competency?
Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan perusahaan dengan menggunakan behavioral competency:
1. Peningkatan Performa Kerja
Behavioral competency memberikan gambaran kerangka kerja yang jelas. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi dan menilai keterampilan serta perilaku yang diperlukan untuk meraih keberhasilan atau mencapai target pada suatu posisi.
Dengan mendefinisikan behavioral competency yang diinginkan, perusahaan dapat menyelaraskan harapan dan menetapkan standar kinerja yang mengarah pada peningkatan produktivitas dan efektivitas kerja.
2. Meningkatkan Kualitas Rekrutmen
Behavioral competency membantu dalam proses rekrutmen dan seleksi pegawai. Caranya dengan menetapkan kriteria untuk mengevaluasi kesesuaian kandidat pada jabatan tertentu.
Kriteria tersebut bisa jadi acuan untuk menilai kandidat berdasarkan perilaku yang ditunjukkan dan pengalaman sebelumnya. Melalui kompetensi perilaku, perusahaan dapat membuat keputusan perekrutan yang lebih tepat dan memilih individu yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
3. Memahami Pengembangan dan Pelatihan yang Diperlukan
Selain untuk meningkatkan kualitas rekrutmen, behavioral competency juga berfungsi sebagai dasar untuk inisiatif pengembangan dan pelatihan karyawan.
Dari kompetensi perilaku, perusahaan dapat mengidentifikasi kesenjangan keterampilan dan area untuk peningkatan. Selain itu, kompetensi perilaku dapat memudahkan perusahaan merancang program pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kompetensi karyawan.
Intinya, pengembangan perilaku ini berfokus pada peningkatan kepuasan karyawan, keterlibatan, dan pertumbuhan karier.
4. Succession Plan dan Talent Management
Behavioral competency memainkan peran penting dalam perencanaan suksesi dan manajemen bakat. Secara harfiah, suksesi berarti pergantian. Dalam konteks ini, dapat juga diartikan sebagai (suksesi) kepemimpinan. Melansir dari bkn.go.id, perencanaan suksesi atau succession planning adalah strategi yang dilakukan perusahan untuk meningkatkan dan memacu proses pengembangan berkelanjutan dari pegawai. Selain itu, memastikan posisi-posisi penting mampu menjaga stabilitas perusahaan dalam rangka mencapai tujuan.
Dengan mengidentifikasi kompetensi utama yang diperlukan untuk peran kepemimpinan masa depan, perusahaan dapat mengidentifikasi karyawan yang memiliki potensi tinggi. Perusahaan kemudian bisa memberi mereka peluang pengembangan untuk menyiapkan mereka mengisi posisi kepemimpinan di masa depan.
5. Efektivitas Tim
Behavioral competency berperan untuk menciptakan tim berkinerja tinggi. Ketika anggota tim memiliki kompetensi yang saling melengkapi, seperti komunikasi, kolaborasi, dan problem solving, mereka dapat bekerja sama secara efektif. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja tim secara keseluruhan.
6. Memperkuat Budaya Perusahaan
Behavioral competency dapat membantu menciptakan dan memperkuat budaya perusahaan yang diinginkan. Dengan mendefinisikan dan mempromosikan perilaku tertentu, perusahaan dapat menumbuhkan budaya berupa nilai-nilai lain yang penting bagi kesuksesan mereka. Beberapa contohnya, seperti budaya profesionalisme, inovasi, kreativitas, dan akuntabilitas.
Waktu yang Tepat Bagi Perusahaan untuk Melakukan Penilaian Behavioral Competency
Berikut adalah beberapa contoh situasi pengaplikasian behavioral competency:
1. Rekrutmen dan Seleksi
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency saat merekrut dan memilih karyawan baru. Behavioral competency digunakan sebagai acuan untuk menilai perilaku dan keterampilan kandidat, apakah ia sesuai dengan posisi yang sedang dibutuhkan.
2. Penilaian Kinerja
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency saat mengevaluasi kinerja karyawan. Behavioral competency digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan area pengembangan yang terkait dengan perilaku dan keterampilan yang diharapkan untuk peran yang diemban.
Baca juga: Standar Penilaian Kinerja Karyawan yang Efektif
3. Pengembangan Karyawan
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency saat mengembangkan keterampilan dan perilaku yang diperlukan karyawan. Behavioral competency digunakan sebagai acuan untuk merancang program pengembangan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan perusahaan.
4. Manajemen Kinerja
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency dalam menyusun tujuan dan pengukuran kinerja. Hal ini memungkinkan manajer untuk mengkaji sejauh mana karyawan memenuhi harapan perilaku yang telah ditetapkan.
5. Manajemen Tim
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency dalam pengelolaan tim. Dalam konteks ini, kompetensi perilaku, seperti komunikasi, kerja sama tim, kepemimpinan, dan penyelesaian konflik dapat digunakan untuk memperkuat tim dan efektivitas kerja sama.
6. Succession Plan
Perusahaan dapat menggunakan behavioral competency dalam perencanaan suksesi untuk mempersiapkan pemimpin masa depan. Behavioral competency digunakan untuk mengidentifikasi individu yang memiliki keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk mengemban peran kepemimpinan di masa depan.
Metode Penilaian Behavioral Competency
Ada 3 metode untuk menilai kompetensi perilaku, yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian Manajerial
Penilaian manajerial dilakukan melalui pengamatan dan evaluasi yang dilaksanakan selama berbulan-bulan. Contohnya, meminta karyawan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan kompetensi perilakunya. Setelah karyawan menyelesaikan tugasnya, Anda dapat membuat penilaian objektif bagaimana karyawan yang bersangkutan menunjukkan kompetensinya.
2. Penilaian Sejawat
Jenis metode penilaian ini dilakukan dengan cara mendekati karyawan dan meminta mereka memberikan feedback pada rekan kerjanya. Mereka dipersilakan untuk memberikan peringkat kompetensi perilaku pada karyawan lain berdasarkan standar perusahaan.
3. Penilaian Individu
Jika metode penilaian teman sejawat meminta karyawan memberikan penilaian pada karyawan lain, maka penilaian individu ini meminta karyawan menilai dirinya sendiri berdasarkan standar perusahaan. Kemudian, mereka juga diminta merefleksikan kinerjanya dan mempertimbangkan cara untuk meningkatkan kinerja tersebut.
Baca juga: Core Competency: Pengertian, Cara Kerja, dan Contoh Nyatanya
Tahapan Penilaian Behavioral Competency
Melansir dari MyRobbin, berikut tahapan yang umum dilakukan untuk melakukan penilaian kompetensi berbasis perilaku:
1. Mengidentifikasi Keahlian yang Dibutuhkan
Tahap pertama adalah menentukan keterampilan yang dibutuhkan di posisi dan perusahaan. Mulailah mencatat kompetensi yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Kemudian, lakukan identifikasi dengan cara menyusun kerangka kerja kompetensi, berdiskusi dengan stakeholder, dan mengevaluasi deskripsi pekerjaan.
2. Menentukan Metode Penilaian
Apabila keterampilan yang dibutuhkan telah teridentifikasi dengan baik, selanjutnya Anda perlu menentukan metode penilaian. Perusahaan bisa mengaplikasikan penilaian manajerial, penilaian sejawat, dan penilaian individu secara bergantian untuk mengetahui kemampuan dan kompetensi fungsional. Tes yang diberikan meliputi tes keterampilan, wawancara, observasi, dan penilaian diri.
3. Mengembangkan Kriteria Penilaian dan Mengumpulkan Data
Untuk menciptakan keseragaman ketika menilai, perusahaan perlu menetapkan standar kinerja dan kriteria penilaian pada setiap keterampilan. Selanjutnya, lakukan mengumpulkan data melalui wawancara, tes, review, dan tinjauan dokumen.
4. Mengevaluasi dan Memberikan Ruang Feedback
Setelah data terkumpul, masuk ke tahap berikutnya yakni menganalisis data untuk menemukan kelebihan, kekurangan, dan pola. Kemudian, beritahukanlah hasil evaluasi pada karyawan agar mereka bisa memperbaiki kompetensi.
5. Mengembangkan Rencana dan Monitoring
Dari hasil evaluasi, Anda bisa membuat rencana pengembangan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Umumnya, rencana pengembangan terdiri atas merancang pembinaan, inisiatif, dan pelatihan.
Terakhir adalah memonitor kemajuan karyawan. Hal ini meliputi seberapa baik kompetensi karyawan selepas menjalani pelatihan. Apakah sudah memenuhi harapan atau perlu perencanaan lebih lanjut untuk mengatasi hasil yang kurang maksimal.Â
Demikian penjelasan mengenai pengertian, jenis, manfaat, metode, dan tahapan penilaian behavioral competency. Kompetensi perilaku membantu perusahaan untuk mengenali potensi karyawan sehingga mampu mengembangkannya. Behavioral competency dalam proses rekrutmen membantu mengantisipasi perusahaan mempekerjakan karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Melihat pentingnya behavioral competency, maka tak ada salahnya mempertimbangkan untuk menggunakan aplikasi yang bisa digunakan untuk mengelola kompetensi karyawan seperti Appsensi.
Tertarik untuk mencoba menggunakan Appsensi? Atau jika Anda mempunyai pertanyaan seputar layanan Appsensi, jangan ragu untuk hubungi kami atau klik link ini untuk coba gratis selama 30 hari.
.