Hero Blog General

Silo Mentality adalah: Sikap yang Memprioritaskan Departemen

Agustus 1, 2023

Article by Aprilia

Apakah Anda pernah mengenal istilah “silo mentality“? Nyatanya, sikap tersebut sering kali terjadi di lingkungan kerja. Atau mungkin saja, Anda pernah mengalami perlakuan silo mentality dari rekan kerja tanpa menyadarinya?

Dalam dunia bisnis, pikiran silo atau silo mentality adalah sebuah konsep yang merujuk pada pola pikir. Setiap departemen atau tim dalam sebuah organisasi bekerja secara terpisah, tanpa berbagi informasi atau bekerja sama secara efektif dengan departemen lainnya. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan inovasi bisnis dari tolok ukur keberhasilan. Selain itu, silo mentality dapat menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang.

Dalam artikel ini, kami akan membahas secara komprehensif mengenai silo mentality dalam konteks bisnis, termasuk pengertian, faktor pemicu, serta cara mengatasi silo mentality.

mengenal istilah "silo mentality"

Key Takeaways

  • Silo mentality adalah istilah yang merujuk pada kecenderungan para pekerja atau tim dalam organisasi untuk memprioritaskan kepentingan departemen masing-masing dan menutup kesempatan kolaborasi.
  • Silo mentality dapat menyebabkan menurunnya inovasi, rendahnya efisiensi, memicu konflik, hingga menurunkan kepuasan pelanggan.

Pengertian Silo Mentality Adalah

Silo mentality adalah istilah yang merujuk pada kecenderungan para pekerja atau tim dalam organisasi untuk memprioritaskan kepentingan departemen masing-masing tanpa mempertimbangkan kepentingan keseluruhan perusahaan. Mereka cenderung bekerja secara terisolasi, tidak berbagi informasi, tidak berkolaborasi, dan bahkan saling bersaing dengan divisi yang berbeda dalam mencapai tujuan individu atau departemen masing-masing.

Istilah “silo” pada awalnya merujuk pada wadah penyimpanan hasil pertanian. Namun, saat ini istilah tersebut digunakan secara metaforis untuk menggambarkan entitas terpisah yang menyimpan informasi spesifik.

Dalam konteks bisnis, “silo” mengacu pada divisi-divisi yang beroperasi secara independen dan cenderung menghindari pertukaran informasi antarmereka. Istilah ini juga dapat mengacu pada suatu perusahaan yang menerapkan sistem aplikasi “silo“, yang mana informasi tidak dapat dibagi karena keterbatasan sistem yang ada.

Secara umum, mentalitas “silo” sering terjadi karena adanya persaingan antara para manajer yang kemudian mempengaruhi anggota tim mereka. Akibatnya, lingkungan kerja dan budaya organisasi dapat berubah menjadi tidak sehat. Tidak hanya itu, sikap mentalitas seperti ini juga memberikan dampak negatif pada politik kantor yang ada.

Faktor Pemicu Silo Mentality di Lingkungan Kerja

Sikap silo mentality umumnya terjadi tanpa disadari dan muncul ketika ada pekerjaan yang membutuhkan kerjasama antar divisi. Singkatnya, ada pemicu dari silo mentality, seperti:

  • Kesibukan staf dalam setiap departemen dengan urusan masing-masing yang mengakibatkan perbedaan pendapat dan timbulnya masalah antar departemen.
  • Perbedaan budaya atau kebiasaan antar tim yang menghambat kolaborasi yang efektif.
  • Perbedaan dalam zona waktu, bahasa, dan kebiasaan individu-individu yang bekerja di perusahaan. Hal ini mungkin terjadi jika perusahaan memiliki karyawan yang berasal dari berbagai daerah atau latar belakang etnis yang berbeda.

Di sisi lain, silo mentality dalam bisnis dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya:

1. Kurangnya Komunikasi dan Kolaborasi

Salah satu penyebab utama terjadinya silo mentality adalah kurangnya komunikasi dan kolaborasi lintas departemen. Ketika tidak ada aliran komunikasi yang lancar dengan divisi yang berbeda, informasi yang seharusnya dibagi tidak akan mencapai tujuan dengan tepat waktu atau bahkan bisa tercecer begitu saja.

Hal ini juga menghambat masing-masing karyawan dalam memahami peran serta mendelegasikan tugas untuk berkolaborasi dan bekerja bersama. Tentunya, ini dapat berdampak buruk pada perusahaan.

2. Ketidakjelasan Visi dan Tujuan Perusahaan

Ketidakjelasan visi dan tujuan perusahaan dapat menyebabkan setiap departemen atau tim hanya fokus pada kepentingan mereka sendiri. Tanpa pemahaman yang jelas mengenai visi dan tujuan bersama, para pekerja cenderung bekerja dalam silo mentality.

3. Struktur Organisasi yang Tidak Mendukung Kolaborasi

Susunan organisasi lintas departemen yang memiliki hierarki kuat dan cenderung otoriter dapat menghambat kolaborasi antar departemen. Jika setiap departemen tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama, maka mentalitas silo dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang.

Terlebih, struktur organisasi seperti ini justru dapat menutup kesempatan adanya kolaborasi dan pengembangan. Setiap departemen merasa harus mementingkan kepentingan masing-masing.

4. Ketidakpercayaan antar Departemen

Rendahnya rasa saling percaya antar departemen sering kali menjadi pendorong terjadinya sikap silo mentality. Apabila terdapat ketegangan dalam hubungan antar departemen, hal ini dapat menghambat kolaborasi dan menumbuhkan rasa curiga di antara mereka.

Rasa ketidakpercayaan dalam perusahaan tentunya membawa dampak buruk. Padahal, suatu perusahaan dan bisnis dapat berjalan apabila memiliki rasa saling percaya antara satu dengan yang lain.

Baca juga: Penting Banget! Arti Support System di Dunia Kerja

Dampak Silo Mentality dalam Lingkungan Kerja

Silo mentality dapat memiliki dampak negatif yang signifikan bagi bisnis, di antaranya:

1. Kurangnya Inovasi

Saat setiap departemen atau tim hanya berfokus pada tujuan dan kepentingan mereka sendiri, kolaborasi dan pertukaran ide yang penting untuk inovasi dapat terhambat. Dampaknya, terjadi kekurangan ide-ide baru dan peluang inovasi yang sebenarnya dapat memberikan manfaat bagi bisnis.

Selain itu, terhambatnya inovasi juga menyebabkan karyawan sulit untuk membuka diri dan mengekspresikan karya mereka. Inovasi dan karya tentu diperlukan agar dapat membantu bisnis menjadi lebih maju.

2. Rendahnya Efisiensi Operasional

Sikap silo mentality memiliki dampak negatif terhadap aliran informasi yang efisien antar departemen. Ketika koordinasi dan kolaborasi kurang, dapat terjadi tumpang tindih, penundaan, serta kesalahan dalam pelaksanaan tugas. Hal ini berpotensi mengurangi efisiensi operasional secara keseluruhan.

Selain itu, silo mentality juga dapat mengurangi peluang untuk menghasilkan ide-ide baru, solusi kreatif, dan inovasi yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Dampaknya, perusahaan berpotensi kehilangan keunggulan kompetitifnya.

3. Ketegangan antar Departemen

Silo mentality seringkali menjadi pemicu timbulnya ketegangan dan persaingan lintas departemen. Ketika setiap departemen hanya fokus pada kepentingan sendiri, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat di antara para pekerja. Ketegangan semacam ini dapat mengganggu harmoni dan kerja sama di dalam organisasi secara keseluruhan.

Timbulnya konflik, saling curiga, atau bahkan persaingan yang tidak sehat dapat menyebabkan stres dan ketidaknyamanan di antara karyawan. Hal ini dapat mengganggu motivasi, kesejahteraan, dan mempengaruhi tingkat retensi karyawan.

4. Rendahnya Kepuasan Pelanggan

Apabila departemen-departemen tidak bekerja secara sinergis, hal ini dapat berdampak pada pelayanan yang tidak konsisten kepada pelanggan. Pelanggan mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan informasi yang mereka perlukan atau merasakan ketidaknyamanan saat berinteraksi dengan perusahaan. Akibatnya, tingkat kepuasan pelanggan dapat menurun.

Baca juga: Ini Dia 9 Indikator Kepuasan Kerja Karyawan

Cara Mengatasi Silo Mentality

Cara Mengatasi Silo Mentality

Untuk mengatasi silo mentality dalam bisnis, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Meningkatkan Komunikasi dan Kolaborasi

Langkah penting dalam mengatasi sikap silo mentality adalah memperkuat komunikasi dan kolaborasi antar departemen. Memastikan adanya saluran komunikasi yang terbuka dan efektif, serta mendorong kolaborasi dalam proyek-proyek yang melibatkan berbagai departemen, dapat membantu meruntuhkan dinding pemisah antar departemen.

2. Memiliki Visi dan Tujuan Perusahaan yang Sama

Pengembangan visi dan tujuan bersama yang jelas bagi seluruh organisasi sangat penting dalam mengatasi sikap silo mentality. Memastikan bahwa setiap departemen memahami hubungan kontribusi mereka dengan visi dan tujuan perusahaan, dapat membantu mengurangi fokus yang terlalu berlebihan pada kepentingan departemen masing-masing.

3. Merancang Struktur Organisasi yang Mendorong Kolaborasi

Merancang struktur organisasi yang mendorong kolaborasi antar departemen dapat membantu mengurangi silo mentality. Misalnya, dengan membentuk tim lintas departemen atau mengadakan rapat rutin antar departemen, para karyawan dapat lebih mudah berkolaborasi dan berbagi informasi.

4. Membangun Kepercayaan antar Departemen

Membangun kepercayaan antar departemen merupakan langkah penting dalam mengatasi silo mentality. Manajemen perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendorong kepercayaan dan kerja sama. Melalui pelatihan tim, kegiatan pengembangan diri, atau proyek bersama antar departemen, para karyawan dapat membangun pemahaman dan kepercayaan satu sama lain.

Baca juga: Kenali Apa Itu Team Work dan Skill yang Harus Dikuasai

Bersama Appsensi, Urusan Karyawan Menjadi Lebih Mudah

Mengenal Appsensi, aplikasi absensi online yang sangat berguna untuk berbagai industri, terutama yang membutuhkan kehadiran karyawan baik di lokasi kerja ataupun di luar kantor. Appsensi menawarkan fitur aktivitas yang memungkinkan karyawan untuk mendokumentasikan kegiatan mereka saat bekerja di luar kantor.

Dalam fitur ini, karyawan dapat mengatur lokasi, melampirkan foto dokumentasi, dan menggunakan fungsi pengingat untuk acara tertentu. Dengan demikian, HR dan atasan dapat melihat kegiatan yang dilakukan oleh karyawan saat mereka tidak berada di kantor.

Selain itu, Appsensi juga menawarkan berbagai fitur menarik lainnya yang sangat bermanfaat bagi departemen HR. Semua fitur yang diperlukan sebagai aplikasi HRIS dapat ditemukan di Appsensi, mulai dari pemantauan kehadiran karyawan hingga perhitungan gaji dan tunjangan karyawan, semuanya tersedia dalam fitur-fitur Appsensi.

Dengan fitur-fitur seperti Absensi Online, Payroll, Earned Wage Access (EWA), Live-Tracking, Manajemen Shifting, Pengajuan Cuti dan Lembur, Perhitungan Pajak PPh21 terbaru, serta klaim cuti atau klaim reimburse, Appsensi hadir dengan solusi lengkap.

Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang kemudahan yang ditawarkan oleh Appsensi, klik tautan ini untuk mendapatkan informasi selengkapnya tentang aplikasi tersebut.

Aprilia

Human Resources Consultant

Artikel Terkait

Top Artikel

TOC Icon