Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi berbagai jenis perilaku dan sikap, salah satunya perilaku impulsif. Perilaku ini dapat muncul dalam berbagai konteks, termasuk dalam dunia pekerjaan, hubungan sosial, atau bahkan dalam pengambilan keputusan pribadi. Impulsif adalah sifat yang dapat memiliki dampak signifikan pada kehidupan seseorang, terutama dalam konteks profesional.
Key Takeaways:
- Impulsif adalah perilaku yang membuat seseorang bertindak tanpa berpikir sesuai keinginannya dan tanpa memikirkan risiko yang mungkin terjadi.
- Penyebab sikap impulsif adalah masalah kesehatan mental, stres dan tekanan emosional yang berkepanjangan, faktor genetik, gangguan pada otak, gangguan bipolar, gangguan kontrol diri yang kurang, dan pengaruh obat-obatan.
- Impulsif dan kompulsif memiliki karakteristik berbeda. Impulsif cenderung spontan, sedangkan kompulsif cenderung repetitif.
- Cara mengatasi impulsif adalah dengan mengenali pola impulsif yang dialami, membuat rencana matang sebelum bertindak, mengontrol emosional, hindari situasi pemicu impulsif, konsultasi dengan profesional, melatih pengendalian diri, dan membuat skala prioritas.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai apa yang dimaksud dengan impulsif, mengapa ini menjadi hal yang perlu diwaspadai, dan bagaimana mengenali ciri-ciri khasnya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku ini, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola dan mengatasi dampak negatifnya, baik dalam dunia kerja maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
Pengertian Impulsif
Menurut KBBI, impulsif adalah bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati. Orang dengan perilaku ini cenderung akan bertindak tanpa pertimbangan yang matang atau rencana yang cermat. Mereka sering kali melakukan tindakan secara tiba-tiba, tanpa memikirkan konsekuensinya atau tanpa menilai dengan baik situasi yang ada.
Impulsif dapat muncul dalam berbagai konteks kehidupan, termasuk dalam pengambilan keputusan pribadi, pekerjaan, hubungan sosial, dan keuangan. Impulsif biasanya dialami oleh anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Karakter Impulsif
Seseorang dengan gangguan impulsif dapat terlihat dari perilakunya. Ia cenderung labil, tidak mudah ditebak, gegabah, memiliki pengendalian diri yang buruk, emosi yang tidak stabil, dan sering menginterupsi orang lain. Ini yang membuat mereka menjadi bertindak cepat tanpa memikirkan akibat dari tindakannya. Impulsif juga menjadi tanda bahwa seseorang mungkin memiliki gangguan kesehatan mental.
Penting untuk diingat bahwa sebagian kecil impulsivitas dalam hidup adalah normal. Impulsif tidak sepenuhnya menandakan bahwa orang tersebut memiliki sifat yang negatif. Terkadang sikap ini dibutuhkan di momen tertentu, seperti saat sedang menghadapi stres yang mengharuskan penderitanya merespons gejala tersebut dengan cepat.
Namun, impulsif juga perlu diwaspadai jika terjadi secara berulang dengan rentang waktu yang sering. Terlebih jika perilaku ini menjadi bagian dari kepribadian seseorang dan dampaknya dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Impulsif yang seperti ini dapat menjadi gejala gangguan kesehatan mental yang harus segera dikonsultasikan dengan profesional.
Baca juga: 8 Aktivitas Mood Booster untuk Mengembalikan Semangat Kerja
Perbedaan Impulsif dan Kompulsif
Perilaku impulsif dan kompulsif adalah dua jenis perilaku yang sering dibahas bersamaan karena terlihat mirip. Meskipun keduanya melibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan dalam karakteristik, motivasi, dan dampaknya pada individu.
Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan antara impulsif dan kompulsif:
1. Perilaku Impulsif
Impulsif adalah perilaku yang sifatnya spontan, melibatkan tindakan atau keputusan yang diambil tanpa memikirkan akibatnya. Seseorang yang bersifat impulsif sering kali bertindak berdasarkan dorongan emosional dan tanpa pikir panjang.
Motivasi impulsif cenderung dipicu oleh emosi sesaat marah, frustrasi, kebahagiaan, atau keinginan instan untuk memuaskan diri. Dampak yang ditimbulkan juga sulit diprediksi dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Akan tetapi, beberapa tindakan impulsif juga ada yang berdampak baik bagi seseorang.
2. Perilaku Kompulsif
Jika impulsif sifatnya spontan, maka kompulsif sifatnya repetitif. Kompulsif melibatkan tindakan yang berulang, dilakukan secara terus menerus, dan sering kali dilakukan dalam upaya untuk meredakan kecemasan atau ketidaknyamanan yang mendalam.
Individu yang bersifat kompulsif merasa terikat untuk melaksanakan tindakan ini meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut tidak rasional atau logis.
Motivasi kompulsif dipicu oleh ketakutan, obsesi, atau perasaan tertekan. Oleh karena itu, dampak perilaku kompulsif sudah pasti dapat merugikan hubungan sosial karena sering kali menguras energi dan waktu yang bersangkutan. Selain itu, tindakan kompulsif juga dapat mengganggu kualitas hidup seseorang dan hubungan dengan orang lain.
Contoh tindakan impulsif, seperti membeli barang yang sebenarnya tidak perlu, mengeluarkan uang dengan tidak bijak, atau mengambil risiko berbahaya tanpa pemikiran yang matang.
Sementara itu, contoh perilaku kompulsif termasuk cuci tangan berulang kali karena obsesi akan kuman, memeriksa pintu berkali-kali karena ketakutan akan keamanan, atau menghitung hal-hal dengan obsesif karena dorongan internal tertentu.
Kedua jenis perilaku ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari individu dan mungkin memerlukan perhatian profesional jika berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik.
Penyebab Impulsif
Impulsif adalah fenomena kompleks yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam beberapa kasus, impulsif dapat menjadi sifat alami individu. Sementara dalam kasus lain, penyebab perilaku impulsif mungkin berasal dari pengaruh lingkungan.
Melansir halodoc.com, belum diketahui penyebab pasti seseorang mengalami perilaku impulsif. Namun, terdapat beberapa keadaan yang dapat memicu atau bahkan meningkatkan risiko seseorang mengalami impulsif, antara lain:
1. Ketidakmatangan Otak
Otak manusia terus berkembang hingga usia pertengahan 20-an. Bagian prefrontal cortex dalam otak adalah pusat kendali eksekutif yang mengatur pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian diri.
Pada masa remaja dan awal dewasa, prefrontal cortex masih belum sepenuhnya matang, sehingga individu mungkin lebih rentan terhadap perilaku impulsif.
2. Gangguan Kesehatan Mental
Beberapa gangguan kesehatan mental, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan bipolar, dan gangguan kepribadian borderline, dapat menyebabkan tingkat impulsivitas yang lebih tinggi. Gangguan-gangguan ini memengaruhi cara otak memproses informasi dan mengatur emosi, yang dapat mengarah pada tindakan yang impulsif.
3. Stres dan Tekanan Emosional yang Tidak Terkontrol
Stres yang berkepanjangan atau tekanan emosional dapat memicu perilaku impulsif. Seseorang mungkin mencari pelarian dalam tindakan impulsif sebagai cara untuk mengurangi ketegangan atau mengatasi emosi negatif. Contohnya, seperti berbelanja atau makan-makanan manis melebihi batas hariannya.
4. Pengaruh Konsumsi Obat-Obatan
Penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang dapat mengubah perilaku dan pengambilan keputusan seseorang. Konsumsi zat psikoaktif dapat mengurangi pengendalian diri dan memicu tindakan impulsif.
5. Faktor Eksternal atau Lingkungan
Pengalaman traumatis atau kondisi lingkungan yang tidak stabil selama masa anak-anak atau masa remaja dapat berdampak pada perkembangan perilaku impulsif. Individu yang telah mengalami trauma mungkin lebih rentan terhadap dorongan impulsif untuk menghindari perasaan yang tidak nyaman.
Selain itu, pengaruh media sosial dan internet di lingkungan juga dapat memicu perilaku impulsif terlebih jika gangguan kontrol diri mudah dialami seseorang. Kemudahan akses ke media sosial terutama ke hal-hal yang buruk, seperti belanja daring atau bahkan perjudian daring, juga dapat memancing tindakan yang impulsif.
Baca juga: Jangan Biarkan Overwhelming Pada Karyawan Turunkan Produktivitas
Cara Mengatasi Impulsif
Jika perilaku impulsif sudah menimbulkan dampak yang negatif hingga membahayakan diri sendiri dan orang lain, maka diperlukan penanganan khusus, seperti bantuan dari profesional yaitu psikolog atau psikiater.
Namun, meski tidak menimbulkan dampak buruk, perilaku impulsif juga perlu dikontrol agar tidak terjadi secara berulang. Mengatasi impulsif memerlukan kesadaran diri, disiplin, dan upaya yang berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi perilaku impulsif:
1. Kenali Pola Impulsif Anda
Langkah pertama adalah mengidentifikasi pola perilaku impulsif Anda. Perhatikan kapan dan di mana Anda cenderung bertindak impulsif. Apakah itu saat Anda merasa stres, sedang berbelanja, atau dalam situasi tertentu? Mengetahui pola ini adalah kunci untuk mengatasinya.
2. Buat Rencana Tujuan dan Prioritas
Buatlah rencana yang jelas dan fokus pada tujuan jangka panjang. Pertimbangkan bagaimana perilaku impulsif dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut. Ini bisa menjadi motivasi untuk menghindari impulsif dan mengutamakan hal-hal yang lebih penting.
Cara ini bisa dilakukan dengan membuat anggaran belanja yang mencakup pengeluaran rutin dan alokasi dana untuk tabungan, membuat daftar belanja saat akan berbelanja, dan membuat daftar skala prioritas untuk beberapa list perencanaan yang akan Anda lakukan.
3. Latih Diri Anda Mengatur Emosi
Saat Anda merasa dorongan untuk bertindak impulsif karena emosi yang sedang meledak, cobalah teknik pendinginan emosi. Misalnya, lakukan pernapasan dalam-dalam, berjalan-jalan sebentar, atau berbicara dengan seseorang yang dapat memberikan dukungan kepada Anda.
Atau ketika Anda merasa ingin melakukan sesuatu secara impulsif, berikan diri Anda batas waktu sebelum mengambil tindakan. Misalnya, beri diri Anda 24 jam untuk memikirkan apakah benar-benar perlu atau hanya impulsif.
4. Hindari Situasi Pemicu
Jika Anda tahu bahwa ada situasi atau lingkungan tertentu yang sering memicu perilaku impulsif, maka hindarilah jika memungkinkan. Ini bisa membantu mengurangi godaan tindakan impulsif.
5. Konsultasi dengan Terapis atau Konselor
Jika perilaku impulsif Anda mengganggu kehidupan sehari-hari secara signifikan, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor dapat membantu Anda mengidentifikasi akar penyebab perilaku impulsif dan memberikan strategi untuk mengatasi masalah tersebut.
6. Latihan Pengendalian Diri
Latihan pengendalian diri, seperti meditasi, yoga, atau latihan relaksasi dapat membantu Anda menjadi very well mind dan memperkuat kemampuan untuk mengurangi perilaku impulsif. Ini juga dapat membantu Anda mengatasi stres yang mungkin memicu perilaku impulsif.
Mengatasi perilaku impulsif adalah proses yang memerlukan waktu dan kesabaran. Hal ini karena mengatasi perilaku impulsif adalah proses yang berkelanjutan.
Dalam mengatasi perilaku impulsif, kesadaran diri adalah kunci utama. Dengan memahami pola perilaku impulsif dan faktor-faktor yang memicunya, seseorang dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk mengendalikannya.
Untuk membantu mengatur perencanaan keuangan agar anggaran belanja Anda tidak impulsif, Anda dapat memanfaatkan fitur-fitur unggulan pada aplikasi Appsensi. Kemudahan mengakses gaji yang fleksibel atau Earned Wage Access dapat membantu Anda mandiri secara finansial. Ada juga fitur payroll untuk perhitungan tunjangan Anda secara mudah dan aman.
Dengan Appsensi, tidak ada lagi pengeluaran boncos, karena semuanya sudah terjadwal dengan baik hanya dalam satu aplikasi. Dapatkan informasi lebih lanjut tentang Appsensi melalui link ini.